Nama : Liyah Liyana
NPM : 25213019
Kelas : 4eb17
Tugas : Softskill minggu ke-1 (Akuntansi Internasional)
ANALISIS PENGARUH KINERJA KEUANGAN BANK, TINGKAT INFLASI DAN BI RATE TERHADAP PERTUMBUHAN LABA (STUDI PADA BANK SWASTA DEVISA YANG TERDAFTAR PADA BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2009-2013)
ABSTRACT
The rapid development of banks, led to intense much competition among them, as well as the determination of interest rates. This creates a dynamic market conditions which ultimately require banks to work more effectively and efficiently in order to maintain its role in the national banking system. Based on monetary economics and banking buletin issued by Bank Indonesia (2012), Indonesia had economic problem due to global crisis in 2008, however the net profit for national banks continued to increase up to 23,6%, previously only 16% in 2006. Gain on profit successfully recorded at USD 35.015 billion after tax. Measurement of financial performance in this research use CAMEL (Capital, Asset, Management, Earning, Liquidity) to see if there are some effect on profit growth on national banking company listed on Indonesia Stock Exchange on 2009-2013. Data analysis in this research use multiple regression method and purposive sampling method to collect the sample. This research includes t-test for partial test dan F-test for simultaneous test for the CAR, NPL, BOPO, LDR, inflation, and BI rate. The result show the influence of BOPO against profit growth in partial, while the other variables did not show any influence. In simultaneous test, all variables had influence on profit growth.
Keyword: BI Rate, BOPO, CAR, Inflation, LDR, NPL, Profit Growth
ABSTRAK
Seiiring perkembangan bank yang pesat, memunculkan persaingan yang ketat diantara bank, seperti halnya penetapan tingkat suku bunga bank. Hal ini menciptakan suatu kondisi pasar yang dinamis yang akhirnya menuntut bank untuk bekerja lebih efektif dan efisien guna mempertahankan perannya dalam sistem perbankan nasional. Berdasarkan buletin ekonomi moneter dan perbankan yang diterbitkan Bank Indonesia (2012), pada tahun 2008 kondisi perekonomian Indonesia sempat surut akibat krisis global. Namun laba bersih perbankan nasional terus meningkat menjadi 23,6% yang sebelumnya hanya 16% pada tahun 2006. Nilai keuntungan yang berhasil dibukukan adalah senilai Rp 35.015 triliun setelah dikurangi pajak. Pengukuran kinerja keuangan menggunakan analisis CAMEL (Capital, Asset, Management, Earning, Liquidity) yang akan dilihat pengaruhnya pada pertumbuhan laba perbankan swasta devisa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda dengan teknik pengambilan data purposive Journal of Accounting and Business Studies Vol. 1, No. 1, September 2016
22 ISSN #2540-8275
sampling. Pengujian dilakukan secara parsial (uji t) dan simultan (uji F) pada variabel CAR, NPL, BOPO, LDR, tingkat inflasi, dan BI rate terhadap pertumbuhan laba. Hasil pengujian memperlihatkan pengaruh antara variabel BOPO terhadap pertumbuhan laba secara parsial Pada pengujian parsial terhadap variabel lainnya tidak menunjukan adanya pengaruh pada pertumbuhan laba. Secara simultan keseluruhan variabel berpengaruh terhadap pertumbuhan laba.
Kata kunci: BI Rate, BOPO, CAR, Inflasi, LDR, NPL, Pertumbuhan Laba.
Latar Belakang
Bank adalah salah satu lembaga keuangan yang memiliki peranan penting dalam sistem keuangan di Indonesia. Pengertian bank menurut Undang-Undang (UU) Perbankan No. 10 tahun 1998 dalam pasal 1 (Undang-Undang Perbankan, 1998), bank adalah suatu badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Melalui kegiatan perkreditan dan jasa yang diberikan, bank melayani kebutuhan pembebanan serta membantu memperlancar sistem pembayaran bagi sektor perekonomian.
Perbankan di Indonesia memiliki tujuan strategis sebagaimana dijelaskan dalam pasal 4 UU Perbankan tahun 1992 (Undang-Undang Perbankan, 1998) yaitu menunjang pelaksanaan pembangunan nasional untuk meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional menuju peningkatan kesejahteraan masyarakat. Perbankan juga berperan aktif dalam memajukan perekonomian suatu negara. Bank yang berfungsi menyalurkan dana dalam bentuk kredit kepada masyarakat telah membantu menyediakan modal usaha sehingga dapat menggerakan sektor riil. Pergerakan sektor riil yang semakin baik akan berpengaruh pada peningkatan pendapatan nasional (Mankiw, 2011).
Pada awal tahun 1980-an terjadi perubahan pada dunia perbankan. Setiap bank diberikan kebebasan untuk mencari nasabah sendiri. Hal ini didukung oleh keteapan pemerintah yang mengeluarkan Paket Kebijakan Oktober (Pakto 88) dan UU Republik Indonesia No. 7 tahun 1992 yang menjadikan industri perbankan berkembang pesat. Kebijakan ini ditandai dengan munculnya bank-bank swasta baru di Indonesia yang menawarkan berbagai jenis produk perbankan seperti deposito, giro, tabungan, dan sebagainya pada masyarakat. Disamping itu, guna memenuhi kebutuhan dana tambahan, bank juga menawarkan produk dalam bentuk kredit.
Berdasarkan buletin ekonomi moneter dan perbankan yang diterbitkan Bank Indonesia (2012), pada tahun 2008 kondisi perekonomian Indonesia sempat surut akibat krisis global. Namun laba bersih perbankan nasional terus meningkat menjadi 23,6% yang sebelumnya hanya 16% pada tahun 2006. Nilai keuntungan yang berhasil dibukukan adalah senilai Rp 35.015 triliun setelah dikurangi pajak.
Pertumbuhan laba yang terjadi pada industri perbankan nasional merupakan suatu hal yang baik guna menopang perekonomian domestik Indonesia. Hal ini didukung oleh penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Mukhlis (2012) dimana untuk menilai kinerja keuangan perbankan yang mendorong perekonomian Indonesia umumnya digunakan lima aspek penilaian yaitu Capital, Assets, Management, Earning, and Liquidity (CAMEL). Empat dari lima aspek tersebut (capital, assets, earning, liquidity) dinilai menggunakan rasio keuangan. Aspek capital dinilai menggunakan Capital Adequacy Ratio (CAR), aspek assets dinilai menggunakan Non Performing Loan (NPL), aspek earning dinilai menggunakan Beban Operasional/Pendapatan Operasional (BOPO), sedangkan untuk aspek liquidity dinilai menggunakan Loan to Deposit Ratio (LDR). Selain itu, inflasi dan penentuan tingkat Bank Indonesia Rate (BI Rate) yang terjadi di Indonesia juga kerap memengaruhi pertumbuhan laba perbankan nasional.
Dengan melakukan analisis CAR, NPL, BOPO, LDR, tingkat inflasi, dan BI rate, kinerja dan kesehatan perbankan dapat diukur sehingga bank tersebut dapat memberikan kontribusi yang lebih baik lagi bagi perkembangan ekonomi nasional. Dari latar belakang di atas, akan diteliti Journal of Accounting and Business Studies Vol. 1, No. 1, September 2016
ISSN # 2540-8275 23
permasalahan tentang pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Loan to Deposit Ratio (LDR), inflasi, Bank Indonesia Rate (BI Rate) terhadap pertumbuhan laba secara parsial maupun simultan.
Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan keuangannya dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Kinerja keuangan juga merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat analisis keuangan, sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu (Fahmi, 2011).
Penilaian kinerja keuangan merupakan suatu cara yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen agar dapat memenuhi kewajibannya terhadap para pemangku kepentingan dan juga untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
Adapun manfaat dari penilaian kinerja keuangan dalam buku Analisis Laporan Keuangan (Fahmi, 2011) adalah sebagai berikut:
1. Mengukur prestasi yang dicapai oleh suatu organisasi dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat keberhasilan pelaksanaan kegiatannya.
2. Digunakan untuk melihat kinerja organisasi secara keseluruhan dan kontribusi suatu bagian dalam pencapaian tujuan perusahaan secara keseluruhan.
3. Digunakan sebagai dasar penentuan strategi perusahaan dimasa yang akan datang.
4. Memberi petunjuk dalam pembuatan keputusan dan kegiatan organisasi pada umumnya dan divisi atau bagian organisasi pada khususnya.
5. Sebagai dasar penentuan kebijakan penanaman modal agar dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas perusahaan.
Pengukuran Kinerja Perbankan
Menurut Koch (2009) kinerja atau kemampuan bank dalam meningkatkan nilai usahanya melalui peningkatan laba, aset, dan prospek ke depan sejak tahun 1987 dievaluasi dengan metode CAMEL (Capital-Asset-Management-Earning-Liquidity). Namun fokus evaluasi tetap mendasarkan pada aspek-aspek earning atau profitabilitas dan risiko. Aspek profitabilitas diukur dengan ROA, ROE, NIM (Net Interest Margin) dan Asset Utilization.
Koch (2009) juga menjelaskan bahwa usaha perbankan, tingkat pendapatan dan kelangsungan usaha dipengaruhi oleh Credit Risk, Liquidity Risk, Interest Risk, Operational Risk, dan Solvency Risk. Credit risk merupakan risiko kerugian yang disebabkan oleh ketidakmampuan (gagal bayar) dari debitur atas kewajiban pembayaran hutangnya, baik utang pokok maupun bunganya. Bagi banyak bank, pertumbuhan kredit sama pentingnya dengan pertumbuhan pendapatan. Permasalahan yang timbul adalah munculnya kesulitan bagi bank untuk menentukan porsi yang tepat dari kedua sektor tersebut. Untuk mengatasi hal tersebut, bank menggunakan perhitungan Loan Growth Rate dan Deposit Growth Rate sebagai pertimbangan manajemen dalam hal menentukan kapan pendanaan harus dilakukan maupun dihambat. Loan Growth Rate merupakan perhitungan yang dilakukan oleh manajemen bank atas total pendanaan yang diberikan bank terhadap total dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun dalam suatu periode. Deposit Growth Rate merupakan perhitungan atas total dana pihak ketiga yang dihimpun terhadap total pendanaan yang diberikan pada nasabah dalam suatu periode. Liquidity Risk merupakan variasi pendapatan dan modal yang dikaitkan dengan variasi bank dalam memperoleh dana dan beban dana (Cost of Money). Interest Risk menunjukan variasi pendapatan yang terjadi akibat variasi tingkat beban bunga. Operational Risk merupakan variasi pendapatan bank berkaitan dengan kebijakan-kebijakan bank yang diukur dengan efisiensi beban operasi dan pendapatan operasi. Solvency Risk menunjukan variasi pendapatan dengan tingkat modal dan kecukupannya.
Rasio permodalan (Capital), kualitas aset produktif (Assets Quality), manajemen (Management), pendapatan (Earning), likuiditas (Liquidity) telah ditetapkan oleh otoritas moneter Journal of Accounting and Business Studies Vol. 1, No. 1, September 2016
24 ISSN #2540-8275
di Indonesia yang tertuang dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 26/23/KEP/DIR tanggal 29 Mei 1993 tentang tata cara penilaian tingkat kesehatan bank.
Laba
Laba adalah perbedaan antara pendapatan (Revenue) yang direalisasi, timbul dari transaksi pada periode tertentu dengan beban-beban yang dikeluarkan pada periode tersebut (Harahap, 2011). Pada penelitian ini, laba yang dimaksud merupakan laba setelah dikurangi pajak. Laba juga merupakan jumlah residual yang tersedia setelah semua beban (termasuk penyesuaian pemeliharaan modal jika ada) dikurangkan pada penghasilan. Jika beban melebihi penghasilan, maka jumlah residualnya merupakan kerugian bersih.
Pertumbuhan laba yang dimaksud dalam penelitian ini dihitung dari selisih jumlah laba tahun bersangkutan dengan jumlah laba tahun sebelumnya.
Inflasi
Inflasi merupakan kecenderungan dari harga-harga yang secara umum naik dan berlangsung terus menerus (Mankiw, 2011). Kenaikan yang dimaksudkan merupakan kenaikan secara meluas (berbagai sektor). Inflasi juga merupakan suatu keadaan yang timbul karena tidak adanya keseimbangan antara permintaan akan barang-barang dengan persediaannya.
Inflasi merupakan salah satu ukuran perekonomian suatu negara. Beberapa klasifikasi inflasi menurut sifatnya adalah:
a. Inflasi lambat
Kenaikan harga terjadi secara lambat dengan persentase kecil dalam jangka waktu yang relatif lama (<10% per tahun).
b. Inflasi menengah
Kenaikan harga cukup besar dan berjalan dalam waktu yang relatif pendek serta memiliki sifat akselerasi.
c. Inflasi tinggi
Kenaikan harga yang mencapai 5 hingga 6 kali keadaan normal. Nilai uang merosot tajam hingga daya beli masyarakat menurun drastis.
Bi Rate
Bank Indonesia Rate (BI Rate) merupakan suku dengan tenor 1 bulan yang diumumkan oleh Bank Indonesia secara periodik yang berfungsi sebagai kebijakan moneter. Secara sederhana, BI Rate merupakan indikasi suku bunga jangka pendek yang diinginkan Bank Indonesia dalam upaya mencapai target inflasi (Bank Indonesia, 2014).
Sasaran akhir suatu kebijakan moneter dalam arti luas mencakup stabilitas harga, pertumbuhan ekonomi, perluasan kesempatan kerja, keseimbangan neraca pembayaran, stabilitas finansial, serta stabilitas pasar valuta asing. Respons kebijakan yang dimaksud dinyatakan dalam kenaikan, penurunan atau tidak berubahnya BI Rate, sebagai sinyal kebijakan moneter untuk mengarahkan dan memengaruhi suku bunga yang berlaku di pasar keuangan.
Penetapan respons kebijakan moneter biasa dilakukan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) triwulan dan berlaku selam triwulan berjalan. Apabila diperlukan, BI Rate juga dapat diubah dalam RDG bulanan. BI Rate ditetapkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia dengan mempertimbangkan rekomendasi BI Rate yang dihasilkan oleh fungsi reaksi kebijakan dalam model ekonomi untuk pencapaian sasaran inflasi. Selain itu, BI Rate yang ditetapkan juga mempertimbangkan berbagai informasi lainnya seperti leading indicators, survei, informasi variabel, expert opinion, assessment faktor risiko dan ketidakpastian serta hasil riset ekonomi dan kebijakan moneter. Journal of Accounting and Business Studies Vol. 1, No. 1, September 2016
ISSN # 2540-8275 25
Penelitian Terdahulu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar