Selasa, 24 Juni 2014

Perekonomian Indonesia BAB 3-5



PEREKONOMIAN INDONESIA


Disusun oleh            : LIYAH LIYANA
Nama                         : LIYAH LIYANA
Kelas                          : 1EB17
NPM                           : 25213019


UNIVERSITAS GUNADARMA
Tahun 2014


Mata kuliah              : PEREKONOMIAN INDONESIA
Kelas                          : 1EB17



MENGENAL THAILAND

Letak Geografis
Kerajaan Thai merupakan tempat terletaknya beberapa wilayah geografis yang berbeda. Di sebelah utara, keadaannya bergunung-gunung, dan titik tertingginya berada di Doi Inthanon (2.576 m). Sebelah timur laut terdiri dari Hamparan Khorat, yang dibatasi di timur oleh sungai Mekong. Wilayah tengah negara didominasi lembah sungai Chao Phraya yang hampir seluruhnya datar, dan mengalir ke Teluk Thailand. Di sebelah selatan terdapat Tanah Genting Kra yang melebar ke Semenanjung Melayu.
Cuaca setempat adalah tropis dan bercirikan monsun. Ada monsun hujan, hangat dan berawan dari sebelah barat daya antara pertengahan Mei dan September, serta monsun yang kering dan sejuk dari sebelah timur laut dari November hingga pertengahan Maret. Tanah genting di sebelah selatan selalu panas dan lembap. Kota-kota besar selain ibu kota Bangkok termasuk Nakhon Ratchasima, Nakhon Sawan, Chiang Mai, dan Songkhla.
Kerajaan Thai berbatasan dengan Laos dan Myanmar di sebelah utara, dengan Malaysia dan Teluk Siam di selatan, dengan Myanmar dan Laut Timur di barat dan dengan Laos dan Kamboja di timur. Koordinat geografisnya adalah 5°-21° LU dan 97°-106° BT.
Ekonomi
Setelah menikmati rata-rata pertumbuhan tertinggi di dunia dari tahun 1985 hingga 1995 - rata-rata 9% per tahun - tekanan spekulatif yang meningkat terhadap mata uang Kerajaan Thai, Baht, pada tahun 1997 menyebabkan terjadinya krisis yang membuka kelemahan sektor keuangan dan memaksa pemerintah untuk mengambangkan Baht. Setelah sekian lama dipatok pada nilai 25 Baht untuk satu dolar AS, Baht mencapai titik terendahnya pada kisaran 56 Baht pada Januari 1998 dan ekonominya melemah sebesar 10,2% pada tahun yang sama. Krisis ini kemudian meluas ke krisis finansial Asia.
Kerajaan Thai memasuki babak pemulihan pada tahun 1999; ekonominya menguat 4,2% dan tumbuh 4,4% pada tahun 2000, kebanyakan merupakan hasil dari ekspor yang kuat - yang meningkat sekitar 20% pada tahun 2000. Pertumbuhan sempat diperlambat ekonomi dunia yang melunak pada tahun 2001, namun kembali menguat pada tahun-tahun berikut berkat pertumbuhan yang kuat di RRC dan beberapa program stimulan dalam negeri serta Kebijakan Dua Jalur yang ditempuh pemerintah Thaksin Shinawatra. Pertumbuhan pada tahun 2003 diperkirakan mencapai 6,3%, dan diperkirakan pada 8% dan 10% pada tahun 2004 dan 2005.
Sektor pariwisata menyumbang banyak kepada ekonomi Kerajaan Thai, dan industri ini memperoleh keuntungan tambahan dari melemahnya Baht dan stabilitas Kerajaan Thai. Kedatangan wisatawan pada tahun 2002 (10,9 juta) mencerminkan kenaikan sebesar 7,3% dari tahun sebelumnya (10,1 juta).

Investasi
Ekonomi Thailand bergantung pada ekspor, dengan nilai ekspor sekitar 60% PDB. Kepulihan Thailand dari Krisis Finansial Asia pada 1997-1998 banyak tergantung permintaan luar dari Amerika Serikat dan pasar asing lainnya.
Pemerintahan Thaksin yang mulai menjabat pada Februari 2001 dengan maksud menstimulasi permintaan domestik dan mengurangi ketergantungan Thailand kepada perdagangan dan investasi asing. Sejak itu, administrasi Thaksin telah memperbaiki pesan ekonominya dengan mengambil ekonomi "jalur ganda" yang menggabungkan stimulan domestik dengan promosi tradisional Thailand tentang pasar terbuka dan investasi asing. Ekspor yang lemah menahan pertumbuhan PDB pada 2001 hingga 1,9%. Namun pada 2002-3 stimulan domestik dan kembalinya ekspor menambah performa yang semakin baik, dengan pertumbuhan PDB pada 5,3% dan 6,3%.
Sebelum krisis finasial, ekonomi Thai memiliki pertumbuhan ekonomi produksi yang bagus -- dengan rata-rata 9,4% untuk dekade sampai 1996. Tenaga kerja dan sumber daya yang lumayan banyak, konsevatis fiskal, kebijakan investasi asing terbuka, dan pendorongan sektor swasta merupakan dasar dari sukses ekonomi pada tahun-tahun sampai pada 1997. Ekonominya intinya sebuah sistem perusahaan-bebas. Beberapa jasa, seperti pembangkit listrik, transportasi, dan komunikasi, dimiliki dan dioperasikan negara, tetapi pemerintah sedang mempertimbangkan menswastakan mereka pada awal krisis finansial.
Pemerintah Kerajaan Thailand menyambut investasi asing, dan investor yang bisa memenuhi beberapa persyaratan dapat mendaftar hak investasi istimewa melalui Dewan Investasi Thailand. Untuk menarik investasi asing lainnya, pemerintah telah memodifikasi peraturan investasinya.
Gerakan serikat buruh tetap lemah dan terpecah-pecah di Thailand. Hanya 3% dari seluruh angkatan kerja tergabung dalam serikat buruh. Pada tahun 2000, Undang-undang Hubungan Kerja-Perusahaan Negara (SELRA) disahkan, hingga memberikan para pegawai sektor publik hak-hak yang sama dengan mereka yang bekerja di sektor swasta, termasuk hak untuk bergabung dengan serikat buruh.
Sekitar 60% dari seluruh angkatan kerja Thailand dipekerjakan di bidang pertanian. Beras adalah hasil bumi yang paling penting. Thailand adalah eksportir besar di pasar beras dunia. Komoditi pertanian lainnya yang dihasilkan dengan jumlah yang cukup besar adalah ikan dan produk-produk perikanan lainnya, tapioka, karet, biji-bijian, dan gula. Ekspor makanan jadi seperti tuna kaleng, nenas dan udang beku juga sedang meningkat.
Investasi (gross fixed): 22.5% PDB (perkiraan Jan - Sep 2004)
1.     Pendapatan per rumah tangga atau konsumsi menurut persentase:
·       10% terendah: 2.8%
·       10% tertinggi: 32.4% (1998)
2.     Distribusi penghasilan keluarga - indeks Gini: 51.1 (2002)
3.     Produksi pertanian: beras, ubi kayu, karet, jagung, tebu, kelapa, kacang kedelai
4.     Industri: pariwisata, tekstil dan garmen, pemrosesan hasil pertanian, minuman, tembakau, tembakau, manufaktur ringan seperti perhiasan, alat-alat listrik dan komponennya, komputer dan onderdilnya, sirkuit komputer, mebel, barang-barang plastik, produsen tungsten kedua terbesar dunia, dan produsen timah ketiga terbesar dunia
5.     Tingkat pertumbuhan produksi industri: 8.5% (perkiraan 2004)
6.     Listrik:
·       produksi: 118.9 miliar kWh (2003)
·       konsumsi: 106.1 miliar kWh (2003)
·       ekspor: 188 miliar kWh (2002)
·       impor: 600 miliar kWh (2002)
7.     Listrik - produksi menurut bahan yang digunakan:
·       BBM: 91.3%
·       PLTA: 6.4%
·       lainnya: 2.4% (2001)
·       nuklir: 0%
8.     Minyak:
·       produksi: 225,000 barel/hari (perkiraan 2004)
·       konsumsi: 785,000 barel/hari(perkiraan 2001)
·       ekspor: tak ada data
·       impor: tak ada data
·       cadangan: 600 juta barel (1 Januari 2003)
9.     Gas alam:
·       produksi: 18.73 miliar m³ (perkiraan 2001)
·       konsumsi: 23.93 miliar m³ (perkiraan 2001)
·       ekspor: 0 m³ (perkiraan 2001)
·       impor: 5.2 miliar m³ (perkiraan 2001)
·       cadangan: 368.2 miliar m³ (1 Januari 2003)
10. Neraca perdagangan: $6.736 miliar (perkiraan 2004)
11. Komoditi ekspor: tekstil dan sepatu/sandal, hasil perikanan, beras, karet, perhiasan, mobil, komputer dan peralatan listrik
12. Komoditi impor: barang-barang modal, barang-barang antara dan bahan mentah, barang-barang konsumsi, bahan bakar
13. Cadangan devisa dan emas: $48.3 miliar (2004)
14. Nilai tukar: dari baht ke dolar AS - 40.5348 (2004), 41.4846 (2003), 42.9601 (2002), 44.4319 (2001), 40.1118 (2000

Sumber Daya Manusia
Sebagai salah satu negara penting dan terbilang maju di kawasan Asia Tenggara, Thailand sangat berpotensi untuk menjadi negara adidaya di kawasan tersebut. Tidak hanya itu, negara ini juga memiliki potensi untuk menjadi sebuah negara kuat/besar, bahkan mungkin negara adidaya menggantikan Amerika. Mengapa? Jika kita lihat dari sumber daya, baik itu Sumber Daya Alam (SDA) maupun Sumber Daya Manusianya (SDM), Thailand memiliki banyak sekali kelebihan, serta tidak kalah dengan negara-negara maju lainnya, seperti sumber daya mineral, timah, batu permata, dan nilam. Thailand juga memiliki cadangan batu bara yang sangat besar, serta memiliki kekayaan hutan dan laut yang sangat melimpah, sehingga menjadikannya salah satu negara penghasil komoditas pertanian (agrikultur) dan perikanan terbesar di dunia
Di kawasan Asia Tenggara, jika dibandingkan dengan negara tetangganya yang sudah lumayan maju, seperti Malaysia, Singapura dan Indonesia, dari segi SDA negara ini bahkan mengungguli Malaysia, apalagi Singapura. Meskipun dengan Indonesia tidak, karena kita ketahui bahwa Indonesia memiliki SDA terbesar di Asia Tenggara, serta merupakan pula negara terbesar di kawasan Asia Tenggara. Namun, dalam pemanfaatannya, Thailand lebih baik dibandingkan dengan Indonesia. Hal ini dapat terlihat dari kemampuan Thailand dalam mengelola lahan pertanian dan pertambangan, sehingga menjadikannya negara pengekspor padi tebesar, serta juga salah satu negara terbesar penghasil dan pengekspor barang-barang tambang.
Dari segi SDM sendiri, Thailand merupakan negara produsen terbesar produk-produk otomotif dan elektronik, sehingga tidak diragukan lagi kalau negara ini memiliki SDM yang handal, meskipun mungkin masih kalah jika dibandingkan dengan negara tetangganya, yakni Singapura dan Malaysia. Namun, jika melihat dari kekuatan militer Thailand yang memiliki armada besar dan lengkap, serta adanya wajib militer bagi semua laki-laki Thailand yang berumur 21 sampai 30 tahun, sebuah kapal induk, juga anggaran militer sebesar 1,8% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) (tahun 2005), Thailand masih unggul jika dibandingkan dengan Singapura dan Malaysia. Ditambah lagi, luas wilayah dan jumlah penduduk Thailand jauh lebih besar jika dibandingkan dengan Singapura dan Malaysia. Sehingga, Thailand dapat dikatakan sebagai pilar utama di kawasan Asia Tenggara, serta memiliki potensi untuk menjadi negara adidaya di kawasan tersebut. Sebagai tambahan, jika dilihat dari sejarah latar belakang negara ini, Thailand memiliki status istimewa sebagai satu-satunya negara Asia Tenggara yang tidak pernah mengalami masa penjajahan, status ini membuat banyak pandangan tentang orang barat relatif tidak terlalu buruk. Dengan demikian rakyat Thailand tidak pernah mengalami pahit getirnya masa penjajahan yang menumbuhkan rasa permusuhan bangsa-bangsa lain di Asia Tenggara, khususnya terhadap negara penjajah. Bahkan pengalaman sejarah yang unik tersebut membuat Thailand lebih cepat dan mudah dalam menyesuaikan diri dalam dengan proses modernisasi seperti negara-negara barat (Dikutip dari Skripsinya Ganjar Nugraha, Peranan Raja dan Militer Dalam Perpolitikan Thailand: 3-4).
Sedangkan, potensi Thailand untuk menjadi negara adidaya di dunia juga dapat dilihat dari potensi negara untuk menjadi negara adidaya di kawasan seperti yang sudah dijelaskan di atas. Sehingga, apabila Thailand dapat menjadi negara pilar utama/negara adidaya di kawasan ASEAN, besar kemungkinan negara ini juga dapat menjadi sebuah negara adidaya di dunia. Karena seperti kita ketahui bahwa ASEAN merupakan sebuah organisasi kawasan yang paling eksis kedua setelah Uni Eropa, serta juga memiliki jumlah penduduk yang sangat besar.
Adapun dalam proses menuju sebuah negara adidaya tadi, Thailand dapat melakukan hal-hal sebagai berikut :
1.   Menjadi sebuah negara adidaya dalam suatu kawasan. Dalam hal ini ASEAN, sehingga, jika Thailand dapat menguasai atau menjadi negara adidaya di ASEAN, besar kemungkinan Thailand juga dapat menjadi negara adidaya di dunia.
2.    Mengembangkan penguasaan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga salah satu hal yang menjadi ukuran sebuah negara maju, yakni SDM (Sumber Daya Manusia) dapat lebih meningkat. Sebagai negara yang berusaha untuk menjadi negara maju atau bahkan negara adidaya, ada baiknya Thailand mengembangkan teknologi-teknologi yang menjadi kebutuhan di jaman globalisasi saat ini, seperti teknologi informasi dan komunikasi. Juga, ditengah krisis energi saat ini, pengembangan sumber daya nuklir sangat diperlukan. Apalagi, jika dikaitkan dengan pertahanan negara, pemanfaatan energi nuklir sebagai sebuah senjata sangat diperlukan sekali bagi negara adidaya.
3.   Sebagai sebuah negara yang tidak pernah dijajah, Thailand lebih cepat dan mudah dalam menyesuaikan diri dengan proses modernisasi seperti negara-negara barat. Sehingga, hubungan baik dengan negara-negara barat dapat mudah dilakukan. Hubungan dengan negara-negara barat tadi, secara tidak langsung dapat menjadikan Thailand sebagai negara partner, dan proses transfer teknologi maupun bantuan/pinjaman modal pun mudah didapatkan oleh Thailand.
4.    Memanfaatkan secara maksimal semua potensi-potensi yang ada

Referensi
2.     Id.wikipedia.org/wiki/ekonomi_thailand.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar