PEREKONOMIAN INDONESIA
Disusun oleh : LIYAH LIYANA
Nama :
LIYAH LIYANA
Kelas :
1EB17
NPM :
25213019
UNIVERSITAS GUNADARMA
Tahun 2014
Mata kuliah :
PEREKONOMIAN INDONESIA
Kelas :
1EB17
MENGENAL THAILAND
Letak Geografis
Kerajaan Thai merupakan
tempat terletaknya beberapa wilayah geografis yang berbeda. Di sebelah utara,
keadaannya bergunung-gunung, dan titik tertingginya berada di Doi
Inthanon (2.576 m). Sebelah timur laut terdiri dari Hamparan
Khorat, yang dibatasi di timur oleh sungai Mekong. Wilayah tengah negara
didominasi lembah sungai Chao Phraya yang hampir seluruhnya datar, dan
mengalir ke Teluk Thailand. Di sebelah selatan
terdapat Tanah Genting Kra yang melebar ke Semenanjung Melayu.
Cuaca setempat adalah tropis
dan bercirikan monsun. Ada monsun hujan,
hangat dan berawan dari sebelah barat daya antara pertengahan Mei dan
September, serta monsun yang kering dan sejuk dari sebelah timur laut dari
November hingga pertengahan Maret. Tanah genting di sebelah selatan selalu
panas dan lembap. Kota-kota besar selain ibu kota Bangkok termasuk Nakhon Ratchasima, Nakhon Sawan, Chiang Mai, dan Songkhla.
Kerajaan Thai berbatasan
dengan Laos dan Myanmar di sebelah utara, dengan Malaysia dan Teluk Siam di selatan, dengan Myanmar dan Laut Timur
di barat dan dengan Laos dan Kamboja di timur. Koordinat geografisnya adalah
5°-21° LU dan 97°-106° BT.
Ekonomi
Setelah menikmati
rata-rata pertumbuhan tertinggi di dunia dari tahun 1985 hingga 1995 - rata-rata 9% per
tahun - tekanan spekulatif yang meningkat terhadap mata uang Kerajaan Thai, Baht, pada tahun 1997 menyebabkan terjadinya
krisis yang membuka kelemahan sektor keuangan dan memaksa pemerintah untuk
mengambangkan Baht. Setelah sekian lama dipatok pada nilai 25 Baht untuk satu dolar AS, Baht mencapai titik terendahnya pada
kisaran 56 Baht pada Januari 1998 dan ekonominya melemah
sebesar 10,2% pada tahun yang sama. Krisis ini kemudian meluas ke krisis finansial Asia.
Kerajaan Thai memasuki
babak pemulihan pada tahun 1999; ekonominya menguat
4,2% dan tumbuh 4,4% pada tahun 2000, kebanyakan merupakan
hasil dari ekspor yang kuat - yang meningkat sekitar 20% pada tahun 2000. Pertumbuhan
sempat diperlambat ekonomi dunia yang melunak pada tahun 2001, namun kembali menguat
pada tahun-tahun berikut berkat pertumbuhan yang kuat di RRC dan beberapa program
stimulan dalam negeri serta Kebijakan Dua Jalur yang ditempuh pemerintah Thaksin Shinawatra. Pertumbuhan pada tahun
2003 diperkirakan mencapai 6,3%, dan diperkirakan pada 8%
dan 10% pada tahun 2004 dan 2005.
Sektor pariwisata
menyumbang banyak kepada ekonomi Kerajaan Thai, dan industri ini memperoleh
keuntungan tambahan dari melemahnya Baht dan stabilitas Kerajaan Thai.
Kedatangan wisatawan pada tahun 2002 (10,9 juta) mencerminkan kenaikan sebesar
7,3% dari tahun sebelumnya (10,1 juta).
Investasi
Pemerintahan Thaksin
yang mulai menjabat pada Februari 2001 dengan maksud menstimulasi permintaan
domestik dan mengurangi ketergantungan Thailand kepada perdagangan dan
investasi asing. Sejak itu, administrasi Thaksin telah memperbaiki pesan
ekonominya dengan mengambil ekonomi "jalur ganda" yang menggabungkan
stimulan domestik dengan promosi tradisional Thailand tentang pasar terbuka dan
investasi asing. Ekspor yang lemah menahan pertumbuhan PDB pada 2001 hingga
1,9%. Namun pada 2002-3 stimulan domestik dan kembalinya ekspor menambah
performa yang semakin baik, dengan pertumbuhan PDB pada 5,3% dan 6,3%.
Sebelum krisis finasial,
ekonomi Thai memiliki pertumbuhan ekonomi produksi yang bagus -- dengan rata-rata
9,4% untuk dekade sampai 1996. Tenaga kerja dan sumber daya yang lumayan
banyak, konsevatis fiskal, kebijakan investasi asing terbuka, dan pendorongan
sektor swasta merupakan dasar dari sukses ekonomi pada tahun-tahun sampai pada
1997. Ekonominya intinya sebuah sistem perusahaan-bebas. Beberapa jasa, seperti
pembangkit listrik, transportasi, dan komunikasi, dimiliki dan dioperasikan negara, tetapi
pemerintah sedang mempertimbangkan menswastakan mereka pada awal krisis
finansial.
Pemerintah Kerajaan
Thailand menyambut investasi asing, dan investor yang bisa memenuhi beberapa
persyaratan dapat mendaftar hak investasi istimewa melalui Dewan Investasi Thailand. Untuk menarik
investasi asing lainnya, pemerintah telah memodifikasi peraturan investasinya.
Gerakan serikat buruh tetap lemah dan terpecah-pecah di
Thailand. Hanya 3% dari seluruh angkatan kerja tergabung dalam serikat buruh.
Pada tahun 2000, Undang-undang Hubungan Kerja-Perusahaan Negara (SELRA)
disahkan, hingga memberikan para pegawai sektor publik hak-hak yang sama dengan
mereka yang bekerja di sektor swasta, termasuk hak untuk bergabung dengan
serikat buruh.
Sekitar 60% dari seluruh
angkatan kerja Thailand dipekerjakan di bidang pertanian. Beras adalah hasil bumi yang
paling penting. Thailand adalah eksportir besar di pasar beras dunia. Komoditi
pertanian lainnya yang dihasilkan dengan jumlah yang cukup besar adalah ikan dan produk-produk
perikanan lainnya, tapioka, karet, biji-bijian, dan gula. Ekspor makanan jadi
seperti tuna kaleng, nenas dan udang beku juga sedang
meningkat.
Investasi (gross fixed): 22.5% PDB (perkiraan
Jan - Sep 2004)
1. Pendapatan per rumah
tangga atau konsumsi menurut persentase:
·
10% terendah: 2.8%
·
10% tertinggi: 32.4% (1998)
2. Distribusi penghasilan
keluarga - indeks Gini: 51.1 (2002)
3. Produksi pertanian: beras, ubi kayu, karet,
jagung, tebu, kelapa, kacang kedelai
4. Industri: pariwisata, tekstil dan
garmen, pemrosesan hasil pertanian, minuman, tembakau, tembakau, manufaktur
ringan seperti perhiasan, alat-alat listrik dan komponennya, komputer dan
onderdilnya, sirkuit komputer, mebel, barang-barang plastik, produsen tungsten
kedua terbesar dunia, dan produsen timah ketiga terbesar dunia
5. Tingkat pertumbuhan
produksi industri: 8.5% (perkiraan 2004)
6. Listrik:
·
produksi: 118.9 miliar kWh (2003)
·
konsumsi: 106.1 miliar kWh (2003)
·
ekspor: 188 miliar kWh (2002)
·
impor: 600 miliar kWh (2002)
7. Listrik - produksi
menurut bahan yang digunakan:
·
BBM: 91.3%
·
PLTA: 6.4%
·
lainnya: 2.4% (2001)
·
nuklir: 0%
8. Minyak:
·
produksi: 225,000 barel/hari (perkiraan 2004)
·
konsumsi: 785,000 barel/hari(perkiraan 2001)
·
ekspor: tak ada data
·
impor: tak ada data
·
cadangan: 600 juta barel (1 Januari 2003)
9. Gas alam:
·
produksi: 18.73 miliar m³ (perkiraan 2001)
·
konsumsi: 23.93 miliar m³ (perkiraan 2001)
·
ekspor: 0 m³ (perkiraan 2001)
·
impor: 5.2 miliar m³ (perkiraan 2001)
·
cadangan: 368.2 miliar m³ (1 Januari 2003)
10. Neraca perdagangan: $6.736 miliar
(perkiraan 2004)
11. Komoditi ekspor: tekstil dan
sepatu/sandal, hasil perikanan, beras, karet, perhiasan, mobil, komputer dan
peralatan listrik
12. Komoditi impor: barang-barang modal,
barang-barang antara dan bahan mentah, barang-barang konsumsi, bahan bakar
13. Cadangan devisa dan
emas: $48.3 miliar (2004)
14. Nilai tukar: dari baht ke dolar AS -
40.5348 (2004), 41.4846 (2003), 42.9601 (2002), 44.4319 (2001), 40.1118 (2000
Sumber Daya Manusia
Sebagai salah satu negara penting dan
terbilang maju di kawasan Asia Tenggara, Thailand sangat berpotensi untuk
menjadi negara adidaya di kawasan tersebut. Tidak hanya itu, negara ini juga
memiliki potensi untuk menjadi sebuah negara kuat/besar, bahkan mungkin negara
adidaya menggantikan Amerika. Mengapa? Jika kita lihat dari sumber daya, baik
itu Sumber Daya Alam (SDA) maupun Sumber Daya Manusianya (SDM), Thailand
memiliki banyak sekali kelebihan, serta tidak kalah dengan negara-negara maju
lainnya, seperti sumber daya mineral, timah, batu permata, dan nilam. Thailand
juga memiliki cadangan batu bara yang sangat besar, serta memiliki kekayaan
hutan dan laut yang sangat melimpah, sehingga menjadikannya salah satu negara
penghasil komoditas pertanian (agrikultur) dan perikanan terbesar di dunia
Di kawasan Asia Tenggara, jika dibandingkan dengan negara tetangganya yang sudah lumayan maju,
seperti Malaysia, Singapura dan Indonesia, dari segi SDA negara
ini bahkan mengungguli Malaysia, apalagi Singapura. Meskipun dengan Indonesia
tidak, karena kita ketahui bahwa Indonesia memiliki SDA terbesar di Asia
Tenggara, serta merupakan pula negara terbesar di kawasan Asia Tenggara. Namun,
dalam pemanfaatannya, Thailand lebih baik dibandingkan dengan Indonesia. Hal
ini dapat terlihat dari kemampuan Thailand dalam mengelola lahan pertanian dan
pertambangan, sehingga menjadikannya negara pengekspor padi tebesar, serta juga
salah satu negara terbesar penghasil dan pengekspor barang-barang tambang.
Dari segi SDM sendiri, Thailand merupakan negara produsen terbesar produk-produk
otomotif dan elektronik, sehingga tidak diragukan lagi kalau negara ini
memiliki SDM yang handal, meskipun mungkin masih kalah jika dibandingkan dengan
negara tetangganya, yakni Singapura dan Malaysia. Namun, jika melihat dari kekuatan
militer Thailand yang memiliki armada besar dan lengkap, serta adanya
wajib militer bagi semua laki-laki Thailand yang berumur 21 sampai 30 tahun,
sebuah kapal induk, juga anggaran militer sebesar 1,8% dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN) (tahun 2005), Thailand masih unggul jika dibandingkan
dengan Singapura dan Malaysia. Ditambah lagi, luas wilayah dan jumlah penduduk
Thailand jauh lebih besar jika dibandingkan dengan Singapura dan Malaysia.
Sehingga, Thailand dapat dikatakan sebagai pilar utama di kawasan Asia
Tenggara, serta memiliki potensi untuk menjadi negara adidaya di kawasan
tersebut. Sebagai tambahan, jika dilihat dari sejarah latar belakang negara
ini, Thailand memiliki status istimewa sebagai satu-satunya negara Asia
Tenggara yang tidak pernah mengalami masa penjajahan, status ini membuat banyak
pandangan tentang orang barat relatif tidak terlalu buruk. Dengan demikian
rakyat Thailand tidak pernah mengalami pahit getirnya masa penjajahan yang
menumbuhkan rasa permusuhan bangsa-bangsa lain di Asia Tenggara, khususnya
terhadap negara penjajah. Bahkan pengalaman sejarah yang unik tersebut membuat
Thailand lebih cepat dan mudah dalam menyesuaikan diri dalam dengan proses
modernisasi seperti negara-negara barat (Dikutip dari Skripsinya Ganjar
Nugraha, Peranan Raja dan Militer Dalam Perpolitikan Thailand: 3-4).
Sedangkan, potensi Thailand untuk menjadi negara
adidaya di dunia juga dapat dilihat dari potensi negara untuk menjadi
negara adidaya di kawasan seperti yang sudah dijelaskan di atas. Sehingga,
apabila Thailand dapat menjadi negara pilar utama/negara adidaya di kawasan
ASEAN, besar kemungkinan negara ini juga dapat menjadi sebuah negara adidaya di
dunia. Karena seperti kita ketahui bahwa ASEAN merupakan sebuah organisasi
kawasan yang paling eksis kedua setelah Uni Eropa, serta juga memiliki jumlah
penduduk yang sangat besar.
Adapun dalam proses menuju sebuah negara
adidaya tadi, Thailand dapat melakukan hal-hal sebagai berikut :
1. Menjadi sebuah negara adidaya dalam
suatu kawasan. Dalam hal ini ASEAN, sehingga, jika Thailand dapat menguasai
atau menjadi negara adidaya di ASEAN, besar kemungkinan Thailand juga dapat
menjadi negara adidaya di dunia.
2. Mengembangkan penguasaan di
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga salah satu hal yang menjadi
ukuran sebuah negara maju, yakni SDM (Sumber Daya Manusia) dapat lebih
meningkat. Sebagai negara yang berusaha untuk menjadi negara maju atau bahkan
negara adidaya, ada baiknya Thailand mengembangkan teknologi-teknologi yang
menjadi kebutuhan di jaman globalisasi saat ini, seperti teknologi informasi
dan komunikasi. Juga, ditengah krisis energi saat ini, pengembangan sumber daya
nuklir sangat diperlukan. Apalagi, jika dikaitkan dengan pertahanan negara,
pemanfaatan energi nuklir sebagai sebuah senjata sangat diperlukan sekali bagi
negara adidaya.
3. Sebagai sebuah negara yang tidak
pernah dijajah, Thailand lebih cepat dan mudah dalam menyesuaikan diri dengan
proses modernisasi seperti negara-negara barat. Sehingga, hubungan baik dengan
negara-negara barat dapat mudah dilakukan. Hubungan dengan negara-negara barat
tadi, secara tidak langsung dapat menjadikan Thailand sebagai negara partner,
dan proses transfer teknologi maupun bantuan/pinjaman modal pun mudah
didapatkan oleh Thailand.
4. Memanfaatkan secara maksimal
semua potensi-potensi yang ada
Referensi
2.
Id.wikipedia.org/wiki/ekonomi_thailand.